Postingan

Menuju Hal-Hal Baik

Gambar
Sudah berbulan-bulan lalu Gendis melepas seseorang yang berharga dalam hidupnya. Bukan keputusan yang mudah untuknya. Tapi ia tahu ini yang terbaik. "Yang memang milikmu akan menemukan jalannya sendiri untuk menemukanmu, bukan?" kata Gendis padaku dengan matanya yang sembab dan sambil tersenyum kecil. Ya, begitulah yang ia percayai. Kemudian aku melihat Gendis menangis memeluk Ibu. Pemandangan yang langka. Tapi dari situ kami semua tahu bahwa Gendis sebenarnya terpuruk. "Ndis, yang patah bisa tumbuh kembali. Yang hilang tentu akan berganti," hanya itu yang bisa ku katakan kepadanya.  Hanya peluk hangat dan cium gemas di pipi Gendis yang bisa kami berikan untuk menghiburnya. Terlihat jelas ada kelegaan di wajah Gendis. Dengan banyaknya cinta yang ia terima, ia tahu ia akan selalu sanggup untuk mencintai lagi. Untuk terus melangkah maju menuju hal-hal baik; mencintai dengan baik-baik.

Bab 22

Gambar
Salah satu hal yang Gendis percayai adalah, yang memang milikmu pasti akan jadi milikmu. Yang bukan ya, tidak akan. Maka dari itu Gendis selalu memulai segala sesuatu dengan doa. Menjalani segala sesuatu dengan doa. Mengakhiri segala sesuatu juga dengan doa. Dengan begitu, ketika ada bagian dari dirinya yang hilang dia tidak akan begitu terluka. Gendis yang aku kenal selalu manganggap bahwa hal yang ia lakukan dan alami– meski menurut orang lain itu hal yang sia-sia, adalah sebuah pelajaran. Bukan ia tak mengerti soal rasa sayang yang berwujud kekhawatiran itu. Hanya saja, jalan yang Gendis ambil – terkadang, juga  terlalu rumit untuk ku pahami. Meski ia memilih perjalanan yang rumit itu, ia sadar dan tahu benar betapa Bapak menyayanginya. Seperti yang kita tahu, hidup Gendis ada di ketiak Bapak. Tentu Bapak akan selalu menyambutnya pulang dan membasuh luka yang tersirat di hati Gendis. Sudah pasti Bapak akan selalu memeluk anak gadisnya itu dengan Kasih. Karena, tidak ada yang leb...

Bab 21: Hadiah Kecil untuk Gendis

Gambar
Gendis baru saja berulang tahun. Banyak hal terjadi dalam hidupnya, banyak pula peran yang sudah ia lakoni. Dan tidak satu pun tak ia lalui bersama Bapak. Meski terpisah jarak, pesan Bapak hidup dalam setiap lakon Gendis. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya, anak Bapak ini jatuh sakit. Gendis tidak bilang apa-apa karena takut Bapak khawatir. Sampai akhirnya Bapak tahu, lalu telepon pakai nomer Ibu. Air mata Gendis tak terbendung begitu dengar suara Bapak. "Kamu kenapa?" tanya Bapak. Meski suara Bapak agak membentak, ku rasa itu semua karena Bapak khawatir. Karena biasanya Bapak yang antar Gendis ke dokter kalau sakitnya kumat lagi. "Bikin air tajin tiap pagi untuk lambungmu itu. Bantalnya ditinggiin setiap kamu tidur," kata Bapak besok harinya saat sedang video call . Gendis hanya mengangguk sambil menahan tangis. Ibu menimpali, "Ibu tahu kalau kamu ga  sempat bikin air tajin. Kalau kamu di sini, kan Ibu yang buatkan." Ibu sudah tak sabar, in...

Pesan Bapak

Gambar
Baru-baru ini Gendis berselisih paham sama Bapak karena masalah sekecil upil. Mungkin Bapak lagi capek. Gendis cuma kangen sama Bapak. Mengingat Gendis menghabiskan banyak waktunya sama Bapak. Hidup Gendis ada di ketiak Bapak. Kalau jauh, ya, rindu. Kalau dekat, ikut Bapak pergi ke pasar. Tapi tidak setiap kisah hidup Gendis terlukis di kerutan wajah Bapak. Tak sedikit kerutan kekecewaan yang Gendis lukis di wajah Bapak. Tapi Bapak menyatakan bahwa Bapak bangga kalau kedua anaknya sudah menghidupi diri sendiri. Meski tahu, anak gadisnya itu masih malas-malasan mengurus rumah yang Bapak titipkan. Suatu pagi, aku mendengar percakapan Bapak dan Gendis sebelum Bapak pergi menemani Ibu untuk menjalankan tugas khusus. Aku melihat Bapak sedang memeluk anak gadisnya. Bapak berpesan supaya Gendis menjaga hidupnya. Apa lagi? Aku hanya menangis melihatnya. Karena hanya Kasih yang bisa Bapak berikan untuk Gendis. Gendis melakukan kesalahan yang sebenarnya Bapak sudah tahu dari lama. Da...

Bab 20

Gambar
Gendis sempat  merasa takut untuk memasuki usia kepala dua. Cemas dengan tanggung jawab yang membengkak, dengan krisis waktu yang ia alami. Mungkin dengan bertambahnya usia pun, tanggung jawab malah berangsur-angsur berkurang. Tapi, setiap pilihan punya lebih dan kurangannya sendiri, bukan? Di umur yang ke-20, banyak yang Gendis rasakan. Gendis merasakan kebebasan yang penuh dengan batasan-batasan. Merasakan kekosongan yang penuh dengan keramaian. Melawan dirinya sendiri, melanggar peraturan yang ia buat. Menanam penyesalan-penyesalan yang tumbuh jadi buah manis, kadang sedikit masam. Sambil memakan buah yang manis itu, Gendis membiarkan aku membaca pesan  whatsapp  dari Bapak. "Jadi perempuan itu memang berat, Ndis. Kau harus tegas dan berani. Dekatkan dirimu pada Penciptamu." Bulir-bulir air mata yang gemas mengalir di pipi Gendis. Aku tahu betapa Gendis rindu Bapak. Hanya baju Bapak yang ia pakai sehari-hari. Tapi, melihatnya kali ini, aku tahu Gendis hanya l...

Mahkota Bunga Perawan

Gambar
Perempuan adalah hal yang paling mudah dijadikan bahan pembicaraan. Dari cara ia berpakaian, cara ia berbicara, bahkan bagaimana ia bersikap. Tapi, apa yang laki-laki lihat atau rasakan darimu? Keramahanmu? Atau karena jamahan tanganmu di tubuh mereka? Atau karena kau membuat mereka merasakan ketulusan hatimu dan menganggapmu rumah? Perempuan, ya, perempuan. Sebagaimana adanya mereka. Yang kuliah tinggi-tinggi, maharnya tinggi, tapi ujungnya pakai daster di rumah. Yang mungkin terlalu lelah menjadi tulang punggung, lalu tidur seperti mayat. Atau ia yang dituntut untuk jadi perempuan mandiri dan bisa melakukan semua hal. Ketahui, bahwa kau tak perlu capek-capek membela dirimu ketika seseorang menentukan perempuan macam apa kau ini. Kau pernah dilukai dan melukai sebagai bunga perawan yang masih kuncup. Kau mekar dan mahkota bungamu dikagumi oleh banyak lelaki dan mereka menginginkanmu.   Lalu kau layu dan kau sadar, saat kau dilukai dan melukai, kau bertahan dan Tua...

Hening Gendis

Gambar
Yang aku tahu, Gendis adalah perempuan yang mandiri walau sifat malasnya lebih sering timbul. Bukan tak pernah merasakan pelukan Bapak dan tak merasakan kasih Ibu yang sibuknya minta diampuni terus-terusan. Hanya saja,  Gendis lebih memilih untuk memakluminya dan mencoba mengerti. Orang-orang di sekitarnya selalu beranggapan bahwa Gendis adalah gadis yang mandiri dan kuat. Entah mandiri atau terbiasa sendiri- tak ada yang tahu. Tak sedikit pula yang bilang kalau ia anak yang jalan pikirnya sulit dipahami. Gendis anak yang baik, menurutku. Mungkin sesekali ia mengecewakan Bapak atau Ibu. Atau mungkin dirinya sendiri. Tak ada yang sempurna, bukan? "Kamu itu perempuan, Ndis. Seharusnya kamu bantu Ibu. Ibu sudah sakit-sakitan," kata Bapak. Gendis baru pulang dari kerjanya. Terkadang Gendis tak bersuara dan tak melakukan apa-apa. Terkadang juga menangis di kamarnya. Tak jarang Gendis memaksakan dirinya untuk melakukan perintah Bapak atau Ibu dengan kesal dan sedikit sed...