Sebuah Awal dan Potongan Kecil Lainnya


Sebenarnya saya tidak tumbuh dengan banyak membaca dan menulis. Saya ingat pertama kali seorang teman memperkenalkan Blogger. Saat itu kami duduk di sebuah cafe, di sebuah toko buku. Kami masih di bangku sekolah dasar saat itu. Katanya, Blogger semacam tempat mencurahkan isi hati dan dia bilang kalau saya bisa menulis apa saja yang saya mau.

Tapi alasan saya menulis adalah, karena saya merasa lebih baik setelah menuliskan apa yang tidak bisa saya sampaikan walaupun sempat tidak menulis selama bertahun-tahun. Menurut saya, selalu lebih mudah untuk membaca dan mengerti daripada mendengarkan lalu mengerti. Dan tidak semua orang mengerti setelah membaca. Tergantung tipe orang yang seperti apa kita ini.

Bagaimanapun, saya jatuh cinta pada puisi sebagaimana saya pernah jatuh cinta pada seorang mahasiswa filsafat yang mengingatkan saya bahwa saya jatuh cinta pada menulis. Yang saya tahu, dia senang membaca buku yang ditulis oleh Franz Kafka, Charles Bukowski, dan mungkin masih ada yang lainnya. Saya terdorong untuk membaca buku-buku sejenis. The Prophet dan The Madman yang ditulis oleh Kahlil Gibran adalah buku yang saya baca kala itu.

Saya semakin giat menulis puisi setelah membaca buku tersebut. Walau yang saya tulis tidak penuh dengan kiasan-kiasan dan kadang hanya coret-coretan saja. Setidaknya, dengan menulis saya merasa lega. Saat itu rasa sakit adalah motivasi saya untuk menulis. Cinta yang sedang dalam masa penantian, keputus asaan, keraguan pada diri sendiri, jatuh cinta pada orang yang tak bisa dimiliki. Menulis apapun yang saya rasakan dan apa yang saya rasa harus saya tulis.

Menulis adalah cara untuk membuka bahkan, merawat diri dengan melepaskan apa yang perlu dilepaskan dan merasakan kebaikan-kebaikan kecil yang tumbuh setiap harinya. Dan kebaikan-kebaikan itu selalu dimulai dari diri kita bahkan, ada di dalam setiap kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menuju Hal-Hal Baik

Hening Gendis

Bab 22