Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Bab 20

Gambar
Gendis sempat  merasa takut untuk memasuki usia kepala dua. Cemas dengan tanggung jawab yang membengkak, dengan krisis waktu yang ia alami. Mungkin dengan bertambahnya usia pun, tanggung jawab malah berangsur-angsur berkurang. Tapi, setiap pilihan punya lebih dan kurangannya sendiri, bukan? Di umur yang ke-20, banyak yang Gendis rasakan. Gendis merasakan kebebasan yang penuh dengan batasan-batasan. Merasakan kekosongan yang penuh dengan keramaian. Melawan dirinya sendiri, melanggar peraturan yang ia buat. Menanam penyesalan-penyesalan yang tumbuh jadi buah manis, kadang sedikit masam. Sambil memakan buah yang manis itu, Gendis membiarkan aku membaca pesan  whatsapp  dari Bapak. "Jadi perempuan itu memang berat, Ndis. Kau harus tegas dan berani. Dekatkan dirimu pada Penciptamu." Bulir-bulir air mata yang gemas mengalir di pipi Gendis. Aku tahu betapa Gendis rindu Bapak. Hanya baju Bapak yang ia pakai sehari-hari. Tapi, melihatnya kali ini, aku tahu Gendis hanya l...

Mahkota Bunga Perawan

Gambar
Perempuan adalah hal yang paling mudah dijadikan bahan pembicaraan. Dari cara ia berpakaian, cara ia berbicara, bahkan bagaimana ia bersikap. Tapi, apa yang laki-laki lihat atau rasakan darimu? Keramahanmu? Atau karena jamahan tanganmu di tubuh mereka? Atau karena kau membuat mereka merasakan ketulusan hatimu dan menganggapmu rumah? Perempuan, ya, perempuan. Sebagaimana adanya mereka. Yang kuliah tinggi-tinggi, maharnya tinggi, tapi ujungnya pakai daster di rumah. Yang mungkin terlalu lelah menjadi tulang punggung, lalu tidur seperti mayat. Atau ia yang dituntut untuk jadi perempuan mandiri dan bisa melakukan semua hal. Ketahui, bahwa kau tak perlu capek-capek membela dirimu ketika seseorang menentukan perempuan macam apa kau ini. Kau pernah dilukai dan melukai sebagai bunga perawan yang masih kuncup. Kau mekar dan mahkota bungamu dikagumi oleh banyak lelaki dan mereka menginginkanmu.   Lalu kau layu dan kau sadar, saat kau dilukai dan melukai, kau bertahan dan Tua...

Hening Gendis

Gambar
Yang aku tahu, Gendis adalah perempuan yang mandiri walau sifat malasnya lebih sering timbul. Bukan tak pernah merasakan pelukan Bapak dan tak merasakan kasih Ibu yang sibuknya minta diampuni terus-terusan. Hanya saja,  Gendis lebih memilih untuk memakluminya dan mencoba mengerti. Orang-orang di sekitarnya selalu beranggapan bahwa Gendis adalah gadis yang mandiri dan kuat. Entah mandiri atau terbiasa sendiri- tak ada yang tahu. Tak sedikit pula yang bilang kalau ia anak yang jalan pikirnya sulit dipahami. Gendis anak yang baik, menurutku. Mungkin sesekali ia mengecewakan Bapak atau Ibu. Atau mungkin dirinya sendiri. Tak ada yang sempurna, bukan? "Kamu itu perempuan, Ndis. Seharusnya kamu bantu Ibu. Ibu sudah sakit-sakitan," kata Bapak. Gendis baru pulang dari kerjanya. Terkadang Gendis tak bersuara dan tak melakukan apa-apa. Terkadang juga menangis di kamarnya. Tak jarang Gendis memaksakan dirinya untuk melakukan perintah Bapak atau Ibu dengan kesal dan sedikit sed...

Sebuah Awal dan Potongan Kecil Lainnya

Gambar
Sebenarnya saya tidak tumbuh dengan banyak membaca dan menulis. Saya ingat pertama kali seorang teman memperkenalkan  Blogger . Saat itu kami duduk di sebuah  cafe , di sebuah toko buku. Kami masih di bangku sekolah dasar saat itu. Katanya,  Blogger  semacam tempat mencurahkan isi hati dan dia bilang kalau saya bisa menulis apa saja yang saya mau. Tapi alasan saya menulis adalah, karena saya merasa lebih baik setelah menuliskan apa yang tidak bisa saya sampaikan walaupun sempat tidak menulis selama bertahun-tahun. Menurut saya, selalu lebih mudah untuk membaca dan mengerti daripada mendengarkan lalu mengerti. Dan tidak semua orang mengerti setelah membaca. Tergantung tipe orang yang seperti apa kita ini. Bagaimanapun, saya jatuh cinta pada puisi sebagaimana saya pernah jatuh cinta pada seorang mahasiswa filsafat yang mengingatkan saya bahwa saya jatuh cinta pada menulis. Yang saya tahu, dia senang membaca buku yang ditulis oleh Franz Kafka, Charles Bukow...